“Judi dan kesehatan mental ternyata saling berhubungan. Sebab kecanduan judi dapat mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan mental. ”
Judi dan kesehatan mental nyatanya saling berhubungan. Masalah kesehatan mental dapat mempersulit seseorang untuk bekerja dan mendapatkan uang. Aktivitas berjudi pun bisa memperburuk kondisi seperti kecemasan, depresi, dan stres. Sayangnya banyak orang menikmati permainan yang berisiko seperti judi, padahal risiko dan hadiah yang ditawarkan hanya memberi sedikit kegembiraan.
Seperti halnya kegiatan lain yang membuat seseorang merasa senang, judi dapat menyebabkan kecanduan. Ini akan membuat pelakunya menjadi obsesif dan lepas kendali. Kecanduan ini disebabkan oleh dua jalur yang berbeda di otak, menyukai dan menginginkan, yang kemudian akan memengaruhi perilaku.
Hubungan Judi dan Kesehatan Mental.
Penjudi memiliki kecenderungan yang membuat mereka berjudi terus menerus. Ini kemudian dapat menyebabkan perubahan cara otak dalam mengirimkan sinyal. Pemicu ini pun akan mengantarkan penjudi ke dalam kondisi kecanduan.
Otak akan otomatis menginginkan hal yang lebih untuk menggerakkan reward system, hingga akhirnya aktivitas tersebut menjadi kebiasaan. Ketika orang menjadi kecanduan judi atau narkoba, sistem keinginan dan kesukaan ini tidak lagi terjalin.
Akibatnya, pecandu akan lebih ingin mendapatkan apa yang dia inginkan ketimbang apa yang dia sukai atau butuhkan. Pada akhirnya, orang yang mengalami kecanduan perlu melakukan lebih banyak aktivitas tersebut untuk mendapatkan kesenangan.
Di sinilah, kecanduan judi dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Pecandu judi yang sudah parah akan mengidap gangguan kesehatan mental seperti depresi, stress, anxiety, dan masih banyak lagi.
Beberapa Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Kecanduan Judi
Faktor-faktor tertentu dapat memicu orang mengalami kecanduan berjudi. Beberapa faktor tersebut antara lain.
Lingkungan.
Lingkungan merupakan hal pertama yang dapat memengaruhi perilaku seseorang. Ini dapat mencakup lingkungan keluarga atau teman terdekat. Lingkungan sosial yang mendukung aktivitas judi juga dapat menjadi pendorong.
Sensasi Puas dan Senang.
Perasaan tegang saat menunggu hasil permainan ataupun saat penjudi menang memberikan kesenangan tersendiri bagi penjudi. Hal ini terkait dengan aktivitas di daerah otak yang terhubung dengan saraf dopaminergik, yakni neurotransmiter yang terbentuk di otak yang berfungsi memberikan sinyal antara sel saraf atau sel saraf dengan sel lainnya. Perasaan puas ini mengantarkan pecandu untuk bermain terus menerus.
Masalah Sosial dan Keuangan.
Para pecandu judi hanya mementingkan hasil daripada proses untuk mendapatkannya. Keinginan untuk mendapatkan uang dengan cepat dan mudah tanpa harus berusaha keras menjadi alasan kebanyakan penjudi.
Terlebih lagi jika seseorang memiliki masalah sosial atau keuangan seperti terlilit utang, biaya hidup dan keluarga akan menjadikan judi sebagai jalan keluar tanpa memikirkan risiko.
Tindakan yang paling tepat untuk mengatasi kecanduan adalah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Dengan cara itu, pecandu akan diobservasi dan diawasi untuk menahan diri agar tidak melakukan aktivitas tersebut.
kontrol.
Kontrol diri memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Calhoun dan Acocella (yang dikutip dari www.theorypsyc.xyz/2013/01/)
menyatakan bahwa terdapat dua alasan mengapa kontrol diri sangat penting,
antara lain sebagai berikut :
a. Faktor Sosial
Karena manusia hidup berkelompok dalam suatu masyarakat, maka setiap
orang harus dapat mengontrol tingkah laku yang bertentangan dengan
norma masyarakat. Setiap manusia mempunyai dorongan-dorongan
seksual dan agresif. Oleh karena harus memuaskan kebutuhan dari
dorongan-dorongan tersebut, maka manusia tersebut harus dapat
mengontrol dorongan yang dimilikinya agar tidak muncul menjadi
tampilan tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat
disekelilingnya, sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan keamanan
orang lain.
b. Faktor Personal
Setiap manusia memperoleh pencapaian tujuannya melalui keinginan.
Dalam mencapai tujuan tersebut diperlakukan kontrol diri. Seseorang akan
membuat standar-standar untuk mencapai tujuan, dan ketika
pencapaiannya diperlakukan proses belajar mengontrol dorongan untuk
memuaskan kebutuhan dengan segera demi tercapainya tujuan jangka
panjang yang diharapkan.
Messina dan Messina (dalam Rachdianti, 2011), menyatakan bahwa kontrol diri
memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Membatasi perhatian individu kepada orang lain. Dengan adanya
pengendalian diri, individu akan memberikan perhatian pada kebutuhan
pribadinya pula, tidak sekedar berfokus pada kebutuhan, kepentingan, atau
keinginan orang lain akan menyebabkan individu mengabaikan bahkan
melupakan kebutuhan pribadinya.
2. Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan diri di
lingkungannya. Dengan adanya pengendalian diri, individu akan
membatasi ruang bagi aspirasi dirinya dan memberikan ruang bagi aspirasi
orang lain supaya terakomodasi secara bersama-sama.
10
3. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif. Individu yang memiliki
pengendalian diri akan terhindar dari berbagai tingkah laku negatif.
Pengendalian diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk
menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku (negative) yang
tidak sesuai dengan norma sosial.
4. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang.
Individu yang memiliki pengendalian diri yang baik akan berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan
kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Dalam hal ini pengendalian membantu
individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.
Kontrol diri memiliki peran yang sangat penting bagi individu dalam menentukan
suatu perilaku, baik perilaku yang positif maupun perilaku yang negatif. Kasdin
(dalam Diba, 2014) menyatakan bahwa kontrol diri diperlukan untuk membantu
individu dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas serta dapat berguna untuk
mengatasi berbagai hal yang dapat merugikan individu tersebut yang disebabkan
oleh kondisi diluar dirinya.